GURU memang harus berada di depan, membuka pintu gerbang menuju masa
depan anak didiknya. Menghadapi perkembangan dunia teknologi informasi
khususnya internet, guru akan ketinggalan bila tidak kenal dengan
internet. Padahal anak-anak pelajar saat ini untuk urusan internet sudah
menjadi kebutuhan sehari-hari. Artinya informasi yang mereka dapat
sudah lebih up to date. Bila ini tidak diimbangi oleh sumber daya
manusia para guru, boleh jadi sekolah bagi siswa hanyalah rutinitas agar
diakui sebagai anak pelajar dalam statusnya.
Intinya, dengan internet tanpa sekolah pun mereka dapat ilmu
pengetahuan, referensi, artikel dan sebagainya. Tentu saja dibalik itu
ada unsur yang berbau negatif di sana. Bila ini tidak segera dicermati
oleh dunia pendidikan, bisa jadi sekolahan hanya menjadi bangku kosong.
Bila ada siswa, karena terpaksa. Sebab sekolah sekarang bukannya biaya makin murah namun makin berat bagi orangtua siswa.
Dari sisi seorang guru, dunia teknologi informasi merupakan dunia yang sulit dicerna karena keterbatasan kemampuan. Beliau ada sebelum perkembangan internet segila ini. Ditambah rutinitas sehari-hari dalam sekolah tentunya menjadi semakin sulit untuk sekedar berinteraksi melalui internet. Sementara realitanya, dunia saat ini tidak bisa lepas dari internet.
Bila ada siswa, karena terpaksa. Sebab sekolah sekarang bukannya biaya makin murah namun makin berat bagi orangtua siswa.
Dari sisi seorang guru, dunia teknologi informasi merupakan dunia yang sulit dicerna karena keterbatasan kemampuan. Beliau ada sebelum perkembangan internet segila ini. Ditambah rutinitas sehari-hari dalam sekolah tentunya menjadi semakin sulit untuk sekedar berinteraksi melalui internet. Sementara realitanya, dunia saat ini tidak bisa lepas dari internet.
Sungguh posisinya yang sangat sulit bagi seorang guru pada dewasa
ini. Permasalahan kurikulum yang masih belum final karena selalu
gonta-ganti. Gaji guru juga relatif masih rendah. Deraan ekonomi
mengharuskan seorang Guru harus berfikir dua kali dalam mencukupi
kebutuhan rumah tangganya. Rasanya tidak adil bila kita semua menuntut
mereka untuk berlaku sebagaimana mestinya secara proporsional.
Akumulasi dari berbagai persoalan di lembaga pendidikan adalah wajar, bila sekolah dijadikan semacam industri untuk mencukupi kebutuhan ekonomi. Akhirnya muncul berbagai korupsi, mark up dan sebagainya.
Akumulasi dari berbagai persoalan di lembaga pendidikan adalah wajar, bila sekolah dijadikan semacam industri untuk mencukupi kebutuhan ekonomi. Akhirnya muncul berbagai korupsi, mark up dan sebagainya.
Munculnya lembaga pendidikan swasta, kualitas swasta justru jauh
lebih tinggi dari pendidikan hasil dari produk pemerintah (negeri).
Ironisnya pemerintah berani mengeluarkan target minimal nilai bagi
seluruh siswa. Hampir seluruh siswa mengejar target tersebut. Pagi
belajar di sekolah, sore harus lari ke lembaga pendidikan swasta, begitu
seterusnya.
Secara tidak sadar kita telah ikut menciptakan generasi nomerik tanpa
menyentuh nilai-nilai luhur kemanusiaannya. Terciptalah manusia-manusia
brutalisme. Terciptalah manusia tanpa budaya Indonesia dan seterusnya.
Dunia pendidikan Indonesia mulai lemah, sangat tertinggal kualitasnya
dengan negara-negara tetangga. Bahkan lulusan SMA di Indonesia tidak
diakui oleh beberapa negara tetangga karena memang rendahnya mutu.
Sementara kebijakan pendidikan Indonesia selalu terkait dengan partai
politik. Dunia pendidikan hanyalah isu yang dijadikan senjata partai
politik dalam meraih tujuan golongannya. Tidak terpikir sedikit,
bagaimana meningkatkan kualitas pendidikan secara menyeluruh.
Sekarang sudah menjadi benang kusut. Entah dimulai dari mana untuk mengurainya. Bila kita berharap kualitas pendidikan menjadi lebih baik, tentu sarana dan prasarana pendidikan juga harus yang memadai. Demikian pula para guru yang bekerja untuk mencipta generasi bangsa ke depan. Begitu sulitkah untuk mensejahterakan hidupnya, mengingat kredibilitas mereka adalah bentuk Indonesia ke depan. Majulah guru Indonesia.
Sekarang sudah menjadi benang kusut. Entah dimulai dari mana untuk mengurainya. Bila kita berharap kualitas pendidikan menjadi lebih baik, tentu sarana dan prasarana pendidikan juga harus yang memadai. Demikian pula para guru yang bekerja untuk mencipta generasi bangsa ke depan. Begitu sulitkah untuk mensejahterakan hidupnya, mengingat kredibilitas mereka adalah bentuk Indonesia ke depan. Majulah guru Indonesia.